Mengelola Resiko Kegiatan

Mengelola Resiko Kegiatan Dalam Pelatihan Alam Terbuka (Outdoors)

Dalam aktivitas pelatihan yang menggunakan kegiatan alam terbuka, resiko kecelakaan sudah merupakan konsekwensi logis yang pasti ada dan tidak bisa dilepaskan dari kegiatan tersebut, baik kegiatan tersebut dilakukan di base camp atau diluar base camp, Resiko (risk) sudah merupakan bagian integral dari pelatihan itu sendiri.

Pertanyaan yang sering muncul adalah: Mengapa resiko harus ada? Tidak bisakah suatu kegiatan petualangan bebas dari resiko? Sering kita mendengar calon klien meminta kalau bisa kegiatannya jangan yang ‘susah-susah’ atau jangan yang ‘mengerikan’. Well,  jawaban dari pertanyaan-pertanyaan maupun permintaan tersebut bisa kita umpamakan bahwa satu-satunya resiko paling aman agar tidak terjatuh dari aktivitas menunggang kuda adalah dengan tidak menunggang kuda.

Namun jelas bahwa bila kita tidak melakukannya kita tidak pernah bisa merasakan sensasi-sensasi kegembiraan, ketegangan, perasaan keberhasilan, dan lain-lain yang bisa kita dapatkan dari aktifitas `bertualang` menunggang kuda tersebut. Jadi jelaslah bila kita menginginkan pembelajaran melalui media petualangan maka kita mesti siap bersentuhan dengan resiko tersebut.

TETAPI….MENGAPA RESIKO HARUS ADA?

Bila kita berbicara tentang pelatihan pengembangan diri dengan media alam terbuka yang sarat dengan muatan berbau afektif –selain kognitif dan psikomotoris- maka agar efektif si pembelajar harus mengalami sendiri aktivitas-aktivitas dimaksud. Meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa biasanya kegiatan-kegiatan dalam pelatihan outdoor kebanyakan mengandung resiko yang tinggi, baik yang aktivitasnya intens seperti abseiling, panjat tebing, trekking, ropes course, canoeing, rafting, kayaking, bull fighting & crocodile catching (ha ha ha), sailing, horse riding, mountain biking, dan lain sebagainya, maupun yang ‘sekedar’ permainan-permainan initiative problem solving.

Definisi resiko (risk) menurut ensiklopedianya Google adalah  the potential that a chosen action or activity (including the choice of inaction) will lead to a loss (an undesirable outcome). Sedangkan kamus Nelson menyebutkan secara singkat bahwa resiko adalah: a chance of harm, loss or injury. Potensi atau kemungkinan hilangnya sesuatu yang berharga tersebut bisa resiko fisik, psikologis, finansial ataupun sosial. Resiko fisik misalnya cedera (injury), rasa sakit (pain), atau bahkan kematian (fatal). Resiko psikologis bisa berupa rasa trauma, kecemasan, atau sekedar perasaan tidak nyaman.

Keberadaan resiko selalu menimbulkan situasi ketidak pastian (Uncertainties). Ketika kita berbicara perihal Adventure Education maka jelas hubungan antara risk dengan learnings bila kita mendefinisikan adventure (petualangan) sebagai serangkaian tindakan atau pengalaman yang hasil akhirnya tidak pasti, yang akan memberikan dampak psikologis bila si pelaku berhasil menyelesaikannya. Terlebih lagi kegiatan Outbound  biasanya ditujukan untuk kalangan yang awam dengan petualangan. Meskipun sekedar permainan-permainan problem solving ringan namun selama hasil akhir aktivitas tersebut tidak pasti maka nuansa petualangan tetap terjaga. Justru di area inilah daya tarik dari pelatihan alam terbuka.

Kegiatan-kegiatan outdoor menawarkan suatu kesempatan bagi para peserta pelatihannya untuk mengalami suatu ketegangan-ketegangan, yang diharapkan akan membawa mereka kearah peak experiences yaitu perasaan bahagia atau bangga luaarrrrrrr binasa :p  yang dirasakan seseorang saat dia menyelesaikan suatu tantangan yang berat. Peak experiences -bila difasilitasi secara baik kearah pembelajaran- akan memberikan impact yang dalam pada diri peserta didik. Semakin besar persepsi resiko yang dilewati, semakin terasa dampak psikologisnya. Dengan alasan inilah maka resiko perlu ada dalam kegiatan pelatihan outdoors.

Soel Winarno, S Pd
Outdoors Specialist

Need Help?