Number One for Outbound Malang

Number One for Outbound Malang

Number One for Outbound Malang adalah sebuah prestasi untuk Sina Sinu Indonesia di bulan Agustus 2013. Beberapa hari berada di puncak hasil pencarian google.com, membuat tim merasa bersyukur karena usaha dan kerja keras dalam beberapa bulan ini ternyata membawa hasil yang maksimal. Mungkin hal biasa bagi orang lain, tapi prestasi ini adalah sebuah keberhasilan yang harus kami hargai sebagai sebuah semangat untuk selalu bekerja dan bekerja.

Sebagai pendatang baru dalam dunia internet untuk pencarian Outbound di Malang bisa jadi kehadiran Sina Sinu Indonesia menjadi sebuah hal baru yang diperhatikan beberapa orang dan juga menjadi sebuah tanda tanya bagi sebagian orang yang menekuni dunia internet marketing. Tiba tiba berada dalam hasil pencarian di halaman satu mesin pencari google jelas merupakan sebuah tanda tanya mengapa ini bisa terjadi.

outbound di malang

Sejak website ini dibuat, tim bekerja keras untuk mengoptimasi beberapa kata kunci agar sinasina.com mudah ditemukan oleh pencari informasi seputar kegiatan outbound training. Malang yang menjadi lokasi pilihan beberapa masyarakat untuk melakukan kegiatan wisata dan kegiatan pelatihan, menjadikan daerah malang menjadi target utama untuk optimasi website. Target Outbound Malang akhirnya menjadi pilihan utama untuk percobaan teknik optimasi yang selama ini kami coba pelajari untuk mengembangkan divisi Sina Sinu Media. Sina Sinu Media adalah sebuah divisi yang akkan melengkapi layanan kami. dengan keberhasilan beberapa optimasi sinasinu.com untuk beberapa kata kunci adalah modal awal dan bukti bahwa kami bisa bekerja untuk layanan media internet.

Sukses ini bisa jadi akan menjadi sebuah tantangan baru untuk mempertahankannya. Berusaha menjadi nomor satu adalah sebuah semangat kerja keras, namun setelah kesuksesan diraih tentu membawa sebuah konsekuensi bagaimana mempertahankan prestasi yang sudah diraih. Semoga kedepannya sinasinu.com lebih bisa mudah ditemukan dalam pencarian dan pada akhirnya memberi kemudahan bagi beberapa orang yang mencari informasi melalui media internet.

OUTBOUND MALANG SINA SINU INDONESIA  memang sengaja ditulis memakai huruf besar semua dengan harapan mudah ditemukan dan memberi arti akan kebesaran prestasi yang diukirnya. akhirnya dengan semangat yang selalu kami gelorakan dalam beberapa paket pelatihan kami “dengan mengepalkan tangan ke atas sebagai tanda, AKU BISA”. Dan semoga keberhasilan ini membawa kami menjadi lebih mengerti akan arti sebuah kesuksesan. Sukses bukan untuk dibanggakan, akan tetapi sukses adalah bagaimana kita bisa berbagi.

Outdoor Learning Risk Assestment

Menurut jenisnya,  resiko dikategorikan menjadi:

  1. Perceived Risk yaitu penilaian – penilaian yang sifatnya subjektif terhadap kemungkinan resiko kegiatan. Jadi, resiko disini masih berupa perkiraan – perkiraan atau kekhawatiran-kekhawatiran yang sifatnya psikologis dan belum tentu terjadi. Besarnya resiko dalam Perceived Risk ini satu orang dengan yang lain berbeda. Contohnya: tantangan untuk berada sendirian di sebuah ruangan penuh hantu semalam suntuk tingkat kesulitannya bervariasi tergantung persepsi si pelaku tentang dunia perhantuan. Semakin dia tidak meyakini tingkat hazard yang bisa ditimbulkan oleh hantu, semakin rendah tingkat resiko yang dia pahami.
  2. Real Risk adalah resiko yang benar-benar ada dalam sebuah kegiatan. Bahaya yang ada dalam kegiatan tersebut sifatnya nyata dan bisa diukur (measurable) meski terkadang bahaya nyata ini sering justru tidak disadari oleh si pelaku. Contohnya: bila kita membawa sekelompok anak  yang tidak bisa berenang sama sekali melakukan kegiatan arung jeram untuk pertama kalinya. Mungkin saja kita memulai pada lokasi sungai yang tenang dan menyenangkan sehingga beberapa orang mulai berpikir untuk tidak mengenakan life jacket mereka. Mereka tidak menyadari bahwa aliran sungai ini akan melalui beberapa jeram berbahaya dimana kemungkinan terjadinya kecelakaan sangat tinggi.

Sedangkan menurut factor penyebabnya bisa dikelompokkan kedalam 3 (tiga) faktor, yaitu:

  1. Manusia
  2. Perlengkapan kegiatan
  3. Lingkungan

Cara yang sederhana dalam menilai besar kecilnya tingkat resiko kegiatan adalah dengan melakukan pengamatan dan evaluasi terhadap kegiatan yang dijalankan dan atau membayangkan diri kita berada pada sebuah kemungkinan situasi paling buruk dalam aktivitas tersebut. Kita menghitung kemungkinan bahaya yang timbul dari ke-3 faktor di atas: Apakah SDM yang terlibat memiliki kompetensi cukup untuk aktivitas yang dilakukan? Apakah perlengkapan kegiatan sudah standar? Apakah lokasi yang dipergunakan cukup aman? Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut akan memudahkan kita dalam mengambil langkah-langkah pengurangan resiko kecelakaan

Soel Winarno, S Pd
Outdoors Specialist

Mengelola Resiko Kegiatan

Mengelola Resiko Kegiatan Dalam Pelatihan Alam Terbuka (Outdoors)

Dalam aktivitas pelatihan yang menggunakan kegiatan alam terbuka, resiko kecelakaan sudah merupakan konsekwensi logis yang pasti ada dan tidak bisa dilepaskan dari kegiatan tersebut, baik kegiatan tersebut dilakukan di base camp atau diluar base camp, Resiko (risk) sudah merupakan bagian integral dari pelatihan itu sendiri.

Pertanyaan yang sering muncul adalah: Mengapa resiko harus ada? Tidak bisakah suatu kegiatan petualangan bebas dari resiko? Sering kita mendengar calon klien meminta kalau bisa kegiatannya jangan yang ‘susah-susah’ atau jangan yang ‘mengerikan’. Well,  jawaban dari pertanyaan-pertanyaan maupun permintaan tersebut bisa kita umpamakan bahwa satu-satunya resiko paling aman agar tidak terjatuh dari aktivitas menunggang kuda adalah dengan tidak menunggang kuda.

Namun jelas bahwa bila kita tidak melakukannya kita tidak pernah bisa merasakan sensasi-sensasi kegembiraan, ketegangan, perasaan keberhasilan, dan lain-lain yang bisa kita dapatkan dari aktifitas `bertualang` menunggang kuda tersebut. Jadi jelaslah bila kita menginginkan pembelajaran melalui media petualangan maka kita mesti siap bersentuhan dengan resiko tersebut.

TETAPI….MENGAPA RESIKO HARUS ADA?

Bila kita berbicara tentang pelatihan pengembangan diri dengan media alam terbuka yang sarat dengan muatan berbau afektif –selain kognitif dan psikomotoris- maka agar efektif si pembelajar harus mengalami sendiri aktivitas-aktivitas dimaksud. Meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa biasanya kegiatan-kegiatan dalam pelatihan outdoor kebanyakan mengandung resiko yang tinggi, baik yang aktivitasnya intens seperti abseiling, panjat tebing, trekking, ropes course, canoeing, rafting, kayaking, bull fighting & crocodile catching (ha ha ha), sailing, horse riding, mountain biking, dan lain sebagainya, maupun yang ‘sekedar’ permainan-permainan initiative problem solving.

Definisi resiko (risk) menurut ensiklopedianya Google adalah  the potential that a chosen action or activity (including the choice of inaction) will lead to a loss (an undesirable outcome). Sedangkan kamus Nelson menyebutkan secara singkat bahwa resiko adalah: a chance of harm, loss or injury. Potensi atau kemungkinan hilangnya sesuatu yang berharga tersebut bisa resiko fisik, psikologis, finansial ataupun sosial. Resiko fisik misalnya cedera (injury), rasa sakit (pain), atau bahkan kematian (fatal). Resiko psikologis bisa berupa rasa trauma, kecemasan, atau sekedar perasaan tidak nyaman.

Keberadaan resiko selalu menimbulkan situasi ketidak pastian (Uncertainties). Ketika kita berbicara perihal Adventure Education maka jelas hubungan antara risk dengan learnings bila kita mendefinisikan adventure (petualangan) sebagai serangkaian tindakan atau pengalaman yang hasil akhirnya tidak pasti, yang akan memberikan dampak psikologis bila si pelaku berhasil menyelesaikannya. Terlebih lagi kegiatan Outbound  biasanya ditujukan untuk kalangan yang awam dengan petualangan. Meskipun sekedar permainan-permainan problem solving ringan namun selama hasil akhir aktivitas tersebut tidak pasti maka nuansa petualangan tetap terjaga. Justru di area inilah daya tarik dari pelatihan alam terbuka.

Kegiatan-kegiatan outdoor menawarkan suatu kesempatan bagi para peserta pelatihannya untuk mengalami suatu ketegangan-ketegangan, yang diharapkan akan membawa mereka kearah peak experiences yaitu perasaan bahagia atau bangga luaarrrrrrr binasa :p  yang dirasakan seseorang saat dia menyelesaikan suatu tantangan yang berat. Peak experiences -bila difasilitasi secara baik kearah pembelajaran- akan memberikan impact yang dalam pada diri peserta didik. Semakin besar persepsi resiko yang dilewati, semakin terasa dampak psikologisnya. Dengan alasan inilah maka resiko perlu ada dalam kegiatan pelatihan outdoors.

Soel Winarno, S Pd
Outdoors Specialist

Be Proactive

Be Proactive

Menjadi manusia proaktif berarti Anda secara sadar mengambil tanggung jawab atas kehidupan Anda sendiri. Kehidupan yang semakin cepat berubah adalah tantangan yang harus disikapi dengan proaktif. Dalam setiap situasi, Anda akan mempertimbangkan kondisi yang dihadapi kemudian mengambil keputusan. Pertimbangan segala resiko dan dampak yang akan terjadi dijadikan sebagai bahan pertimbangan sebelum menagambil sebuah keputusan.

Orang yang proaktif akan menjalankan setiap keputusan yang dia ambil dan berusaha menjalankannya sebaik mungkin. Ketika bekerja dia akan fokus pada pekerjaannya dan sebaliknya jika dia memilih bersantai dia akan menikmati masa santainya. Menempatkan diri pada situasi dan kondisi sebaik mungkin adalah langkah tepat yang harus diambil oleh pribadi proaktif.

Orang proaktif tidak akan menyalahkan keadaan. Bukan mencari kambing hitam dan mengkambing hitamkan. Sebab tidak selamanya situasai dan kondisi selalu sesuai dengan apa yang kita inginkan. Jika kondisi yang dihadapi tidak nyaman, orang proaktif akan mencari cara untuk mengubahnya. Mencari solusi kreatif untuk keluar dari segala keadaan yang kurang nyaman adalah langkah harus yang harus diambil. Dan tentunya selalu berusaha untuk mengukir prestasi dengan karya gemilang.

Orang proaktif memusatkan perhatian pada apa yang bisa diperbaiki. Mereka tidak menyalahkan masa lalu. Melainkan mereka menjalani apa yang ada di tangan mereka saat ini dan bagaimana melakukannya sebaik mungkin. Memandang kedepan sebagai nahkoda visi adalah arah yang selalu dipegang agar tidak terseret arus dan tersesat dalam lingkaran masalah.

Sina Sinu Indonesia

Welcome to SINA SINU INDONESIA. Berawal dari beberapa orang yang mempunyai hobi kegiatan alam bebas sejak 1994 dan kegiatan outbound training di Wonosalam training Center WTC Jombang 2004 – 2012, tentu memberikan banyak pengalaman dan ide-ide kreatif untuk ikut serta berperan dalam gerakan mencerdaskan anak bangsa. Kristalisasi dan sinergi pemikiran melahirkan sebuah tekad kemandirian untuk mendirikan sebuah Lembaga Pengembangan Sumber Daya Manusia SINA SINU Indonesia

Need Help?